Kata Lusuh dalam Doa



Kata Lusuh dalam Doa


Kencang sang waktu berlari tak mampu kau kendalikan
dan tak mampu kau perlambat lajunya
Meski Einstein berkata rentang waktu itu berbeda
Tergantung dari tempatmu berada
Namun Allah berkata, “Hanya akulah yang tahu usia manusia”
Sekuler barat berkata,
“Waktu adalah dollar dalam kantung”
Namun Hasan Al Bana berkata,
“Waktu adalah pedang, potong atau terpotong”
Kini, hari saat pertama kali kau memegang janji-Nya
Hari saat kau lantunkan tangismu pertama kali untuk dunia
Tidaklah berupa rangkaian bunga
Ataupun boneka beruang, apalagi Hello Kitty yang kau damba
Tidak pula mutiara kata yang ditulis dengan penuh puji dan puja
Bismillah....
Setumpuk kata lusuh penuh hikmah yang bersemayam dalam dada,
Kupersembahkan untukmu yang terangkai dalam doa
Semoga engkau senantiasa dalam lindungan-Nya
Karena ku tak bisa terus berada disisimu
Meski aku tetap berusaha untuk seperti itu
Kini aku memang bukan pemilik senyummu lagi.
Namun ku harap senyummu akan tetap menghiasi bumi ini.
Hingga langit tak lagi kelabu.
Atau mendung  menghadir gerimis kehilangan.
                                                               
Kendari, 31 Maret 2017

S. D. R
 

Cinta Seperti Tajwid

Cinta Seperti Tajwid

Melihatmu pertama kali bagaikan berjumpa dengan Saktah,
hanya bisa terpana dan menahan nafas sebentar.
Sejenak pandangan kita bertemu,
lalu semua seperti Idgham Mutamaatsilain, melebur jadi satu.
Sama halnya Mad bertemu Lin Sukun akan berhenti,
seperti itulah aku setiap kali memandangimu.
Namun, aku dimatamu ibarat nun mati diantara Idgham Billagunnah,
terlihat, tapi dianggap tak ada.
Meski perhatianku tak terlihat jelas seperti Alif Lam Syamsiah,
cintaku padamu seperti Alif Lam Qomariyah, terbaca jelas.
Ibarat Hamzah Qat ‘ie yang perlu disebut,
begitu pula namamu yang selalu kusebut menjelang lelap.
Hanya dirimu seorang yang bersemayam dalam jiwaku,
layaknya Idgham Mithlaiin Sighair, cuma satu, Mim.
Namamu pun tercetak tebal dalam pikiranku,
layaknya huruf Tafkhim.
Seperti Hukum Imalah yang dikhususkan untuk Ro’ saja,
begitu juga aku yang hanya untukmu.
Dan akhirnya setelah kian lama terpendam,
ku ungkapkan perasaanku seperti Idzhar, jelas dan terang.
Cintaku padamu seperti Mad Wajib Muttasil,
paling panjang diantara yang lainnya.
Sayangku padamu sangatlah banyak,
seperti Mad Thobi’I dalam Al-Qur’an.
Setelah kau terima cintaku,
jiwaku terpantul-pantul dengan keras bagai Qalqalah Kubro.
Semoga hubungan kita seperti Idgham Bilagunnah,
Ya ! cuma berdua, Lam dan Ro’.
Semoga aku menjadi yang terakhir untukmu seperti Mad Aridli Sukun.
Dan Kuharap cinta kita seperti Waqaf Lazim,
terhenti sempurna diakhir hayat.

                                         S. D. R